PENYUSUNAN BAHAN AJAR BAHASA ARAB



A.      Pendahuluan
Kualitas program pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kualitas siswa,  kualitas guru, kualitas dan ketersediaan bahan ajar, kurikulum, fasilitas dan sarana, pengelolaan, dan sebagainya. Dalam hal bahan ajar, belum semua sekolah mempunyai kesempatan memperoleh bahan ajar yang cukup, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Pengadaan bahan ajar di sekolah masih  terbatas pada alokasi dana, guru lebih banyak menggunakan bahan  ajar yang sudah jadi. Padahal para guru dapat mengambil kesempatan ini untuk mengembangkan kreatifitasnya dalam memanfaatkan bahan alam yang ada di sekitarnya untuk dijadikan sebagai bahan ajar.
          Al-Mawâd al-Dirâsiyah atau ada juga yang menyebutnya dengan Al-Mawâd al-Ta’lîmiyah (materi pembelajaran/materi ajar) merupakan hal yang penting dalam sebuah proses  belajar mengajar, dan merupakan factor yang berpengaruh terhadap mutu pendidikan. Dengan adanya Al-Mawâd al-Dirâsiyah, maka peran guru dan siswa dalam proses belajar mengajar menjadi berubah. Guru tidak lagi menjadi sumber utama dan satu-satunya dalam memperoleh informasi tentang materi pembelajaran, demikian juga siswa, mereka bisa lebih leluasa dan longgar dalam memperoleh informasi tentang materi pembelajaran, karena materipembelajaran dapat diperoleh dari berbagi sumber dimana para siswa berada, seperti dari media massa, buku pelajaran, kaset, CD, VCD dan lain sebagainya. Sumber-sumber informasi tersebut bisa dijadikan sebagai Al-Mawâd- al-Dirâsiyah.[1]
Maka secara bijak, tulisan ini bermaksud untuk menjelaskan dan menguraikan mengenai konsep-konsep dasar pengembangan bahan ajar  secara umum, sekaligus dapat memberikan stimuli dalam mengasah kreativitas guru dalam menyusun dan mengembangkan bahan ajar bahasa Arab. Sehingga pada gilirannya pembelajaran bahasa Arab tidak hanya mengandalkan satu arah atau satu sumber atau bahan belajar saja (one way traffic education) melainkan banyak arah dan sumber belajar (multiway traffic education) yang dapat dimanfaatkan dalam upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran.

B.       Pengertian dan Urgensi Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan seperangkat informasi yang harus diserap peserta didik melalui pembelajaran yang menyenangkan. Peserta didik harus benar-benar merasakan manfaat bahan ajar atau materi itu setelah mempelajarinya.[2] Menurut Pannen, bahan ajar (al-mawâd al-dirâsiyyah) adalah bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.[3] Sementara itu Sadjati mengemukakan bahwa bahan ajar itu sangat unik dan spesifik. Unik artinya bahan ajar tersebut hanya dapat digunakan untuk audiens tertentu dalam suatu proses pembelajaran tertentu. Spesifik artinya isi bahan ajar tersebut dirancang sedemikian rupa hanya untuk mencapai tujuan tertentu dari audiens tertentu dan sistematika cara penyampaiannya pun disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan karakteristik siswa yang menggunakannya.[4]
Menurut National Centre for Competency Based Training (2007), bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis.[5] Sementara menurut Chomsin S. Widodo dan Jasmadi, bahan ajar adalah seperangkat sarana yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi dan subkompetensi dengan segala kompleksitasnya.[6] Abdul Majid mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan ajar tertulis maupun bahan ajar tidak tertulis. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.[7]
Menurut Ahmad Sudrajad, bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis- jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.[8] Dengan demikian, bahan ajar Bahasa Arab adalah materi pelajaran bahasa arab yang merupakan gabungan antara pengetahuan, keterampilan dan faktor sikap yang disusun secara sistematis sehingga dapat digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran bahasa Arab.
Sedangkan pentingnya bahan ajar dalam proses belajar mengajar sudah dipastikan sangat penting, Bahan ajar menduduki posisi yang sangat penting dalam proses pembelajaran baik bagi guru maupun bagi siswa. Guru akan mengalami kesulitan dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran tanpa adanya bahan ajar. Begitu pula halnya siswa, tanpa bahan ajar akan menemui hambatan untuk menyesuaikan diri dalam pembelajaran, apalagi jika guru menyampaikan dan mengemukakan materi dengan cepat dan kurang jelas. Murid akan kehilangan arah dan jejak,  sehingga tidak mampu mencerna dan menyelusuri kembali apa yang telah diajarkan oleh guru. Oleh karena itu, bahan ajar merupakan bahan  yang dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh guru maupun siswa sebagai salah satu usaha untuk membenahi dan memperbaiki mutu pembelajaran.
Al-Mawâd al-Dirâsiyah sebagai media dan sumber informasi dalam pembelajaran sangat penting artinya dalam menambah dan meningkatkan efektifitas pembelajaran. Bermanfaat tidaknya suatu bahan ajar dalam proses pembelajaran sangat tergantung pada kemampuan guru dalam mengembangkan dan memanfaatkanya, sehingga langkah-langkah pengembangan bahan ajar yang baik dan memenuhi syarat perlu dikuasai. Selain itu, guru juga dituntut  untuk mengetahui dan menguasai macam-macam bahan ajar, dan mengorganisasikan bahan ajar.[9]

C.      Fungsi Bahan Ajar
Bahan ajar juga mempunyai fungsi yang penting dalam proses pembelajaran. Fungsi bahan ajar tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu: Pertama, fungsi bahan ajar menurut pihak yang memanfaatkan bahan ajar. Berdasarkan pihak-pihak yang menggunakannya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi bagi pendidik dan fungsi bagi peserta didik.
a.      Fungsi bahan ajar bagi pendidik antara lain[10]:
1)      Menghemat waktu bagi pendidik dalam mengajar;
2)      Mengubah peran pendidik dari seorang pengajar menjadi seorang fasilitator;
3)      Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif;
4)      Sebagai pedoman bagi pendidik yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan subtansi kompetensi yang semestinya diajarkan kepada peserta didik; serta
5)      Sebagai alat evaluasi pencapaian atau pengasaan hasil pembelajaran.

b.      Fungsi bahan ajar bagi peserta didik antara lain[11]:
1)      Peserta didik dapat belajar tanpa harus ada pendidik atau teman peserta didik yang lain;
2)      Peserta didik dapat belajar kapan saja dan dimana saja ia kehendaki;
3)      Peserta didik dapat belajar sesuai kecepatannya masing-masing;
4)      Peserta didik dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri;
5)      Membantu potensi peserta didik untuk menjadi pelajar/mahasiswa yang mandiri; dan
6)      Sebagai pedoman bagi peserta didik yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari dan dikuasainya.
Kedua, Fungsi bahan ajar menurut strategi pembelajaran yang digunakan. Berdasarkan strategi pembelajaran yang digunakan, fungsi bahan ajar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu fungsi dalam pembelajaran klasikan; fungsi dalam pembelajaran individual; dan fungsi dalam pembelajaran kelompok.[12]
a.      Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran klasikal, antara lain:
1)      Sebagai satu-satunya sumber informasi serta pengawas dan pengendali proses pembelajaran (dalam hal ini peserta didik bersifat pasif dan belajar sesuai dengan kecepatan pendidik mengajar; dan
2)      Sebagai bahan pendukung proses pembelajaran yang diselenggarakan.
b.      Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran individual, antara lain:
1)      Sebagai media utama dalam proses pembelajaran;
2)      Sebagai alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses peserta didik dalam memperoleh informasi; dan
3)      Sebagai penunjang media pembelajaran individual lainnya.
c.       Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran kelompok, antara lain:
1)      Sebagai bahan yang terintegrasi dengan proses belajar kelompok, dengan cara memberikan informasi tentang latar belakang materi, informasi tentang peran orang-orang yang terlibat dalam belajar kelompok, serta petunjuk tentang proses pembelajaran kelompoknya sendiri; dan
2)      Sebagai bahan pendukung bahan belajar utama, dan apabila dirancang sedemikian rupa, maka dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

D.      Jenis-Jenis Bahan Ajar
Para ahli mengklasifikasikan bahan ajar kepada beberapa jenis. Heinich dkk. (1996) mengklasifikasikan jenis bahan ajar yang didasarkan atas cara kerjanya menjadi lima kelompok besar, yaitu: 1) bahan ajar yang tidak diproyeksikan, seperti foto, diagram, display, dan model; 2) bahan ajar yang diproyeksikan, seperti slide, filmstrips, overhead, transparencies, proyeksi komputer; 3) bahan ajar sudio, seperti kaset dan compact disc;  4) bahan ajar video, misalnya video dan film; dan 5) bahan ajar komputer.[13]
Menurut Abdul Majid, bahan ajar dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu[14]:
a.      Bahan cetak (Printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket;;
b.      Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disc audio;
c.       Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video copact disc, film.;
d.     Bahan ajar interaktif (interactive teaching material) seperti compact disc interaktif.
Ellington dan Race (1997) mengklasifikasikan jenis bahan ajar yang didasarkan atas bentuknya menjadi tujuh macam, yaitu: 1) bahan ajar cetak dan duplikatnya; 2) bahan ajar display yang tidak diproyeksikan; 3) bahan ajar display diam yang diproyeksikan; 4) bahan ajar audio; 5) bahan ajar audio yang dihubungkan dengan bahan visual tidak bergerak; 6) bahan ajar video; dan 7) bahan ajar komputer.[15]
Menurut Rowntree (1994) jenis bahan ajar berdasarkan sifatnya dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu: 1) bahan ajar berbasiskan cetak; 2) bahan ajar berbasiskan teknologi; 3) bahan ajar yang digunakan untuk praktek atau proyek; dan 4) bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia (terutama dalam pendidikan jarak jauh).[16]
Berdasarkan klasifikasi jenis-jenis bahan ajar di atas, dan dilihat dari bentuk dan cara penggunaannya, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar secara garis besarnya dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu bahan ajar cetak dan bahan ajar non cetak. Bahan ajar cetak adalah bahan ajar yang yang diberikan dalam bentuk cetakan di kertas, seperti buku, lembar kerja siswa, modul, foto, gambar, dan lain-lain. sedangkan bahan ajar non cetak adalah bahan ajar bahan ajar yang tidak dicetak dalam bentuk kertas, tetapi hanya dibaca, didengarkan dan ditampilkan, seperti bahan ajar komputer, bahan ajar OHT (Overhead Transparancies), slide, kaset, compact cisc, video compact disc, dan lain-lain.

E.       Kriteria Pemilihan Bahan Ajar
Dalam pemilihan dan penyusunan bahan ajar, terdapat beberapa prinsip yang harus dipenuhi, yaitu[17]:
1)      Prinsip relevansi, artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Misalnya jika kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh siswa berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan hafalan;
2)      Prinsip konsistensi, artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus disiapkan dan harus diajarkan juga harus meliputi empat macam;
3)      Prinsip kecukupan, artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi yang diajarkan.
Nur Sholeh dan Ulin Nuha menambahkan bahwa prinsip yang harus diperhatikan dalam penyusunan materi bahan ajar adalah prinsip cakupan dan prinsip kecukupan (adequacy). Prinsip cakupan materi pembelajaran menyangkut keluasan dan kedalaman materi pembelajaran, dan prinsip kecukupan adalah memadai atau tidaknya materi tersebut untuk membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan. [18]
Selain itu, bahan ajar ajar yang akan disampaikan kepada peserta didik dengan strategi tertentu harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Relevan dengan standar kompetensi mata pelajaran dan kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik; 2) Bahan ajar merupakan isi pembelajaran dan penjabaran dari standar kompetensi serta kompetensi dasar tersebut; 3) Memberikan motivasi peserta didik untuk belajar lebih jauh; 4) Berkaitan dengan bahan sebelumnya; 5) Bahan disusun secara sistematis dari yang sederhana menuju yang kompleks; 6) Praktis; 7) Bermanfaat bagi peserta didik; 8) Sesuai dengan perkembangan zaman; 9) Dapat diperoleh dengan mudah; 10) Menarik minat peserta didik; 11) Memuat ilustrasi yang menarik hati peserta didik; 12) Mempertimbangkan aspek-aspek linguistik yang sesuai dengan kemampuan peserta didik; 13) Berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya; 14) Menstimulasi aktivitas-aktivitas pribadi para peserta didik yang menggunakannya; 15) Menghindari konsep yang samar-samar agar tidak membingungkan peserta didik; 16) Mempunyai sudut pandang yang jelas dan tegas; 17) Membedakan bahan ajar untuk anak dan untuk orang dewasa; 18) Menghargai perbedaan pribadi para peserta didik pemakainya.[19]
Dari sisi lain, kriteria bahan ajar yang baik dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu aspek penampilan segi material, aspek buku pendukungnya, aspek linguistik, aspek kebudayaan yang terkandung di dalamnya, aspek filosofis, dan aspek evaluasinya.[20]

F.        Langkah-Langkah Pemilihan Bahan Ajar Bahasa Arab
Dalam pemilihan dan penyusunan bahan ajar, terdapat beberapa langkah yang ditempuh. Langkah-langkah tersebut adalah:
1)      Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa diperlukan karena setiap aspek dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tersebut memerlukan jenis materi yang berbeda. Materi untuk mahârah qirâ’ah berbeda dengan materi untuk mahârah kitâbah atau mahârah kalâm atau mahârah istimâ. Dengan perbedaan materi tersebut, maka bahan ajar yang digunakan atau yang akan disampaikan akan berbeda.
2)      Mengidentifikasi jenis-jenis materi pembelajaran.
Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi kognitif, afektif dan psikomotorik. Secara terperinci, materi pembelajaran aspek kognitif dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu fakta, konsep, prinsip, dan prosedur (Reigeluth, 1987). [21]
Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa, sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain sebagainya. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakikat, dan inti isi. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, dan teorema. Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut. Materi pembelajaran aspek afektif meliputi pemberian respons, penerimaan (apresiasi), internalisasi, dan penilaian. Sedangkan materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin. [22]
3)      Memilih materi yang sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Setelah mengidentifikasi jenis materi yang akan disampaikan dengan disesuaikan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dicapai, maka dapat diketahui materi apa yang akan disampaikan, apakah berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap, atau psikomotorik. Untuk menentukan materi materi apa yang akan disampaikan, maka dapat dilihat dari Kompetensi Dasar apa yang ingin dicapai atau dikuasai siswa. Berikut ini ada beberapa pertanyaan penuntun untuk mengidentifikasi jenis materi pembelajaran:
a.    Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa mengingat nama suatu objek, simbol atau suatu peristiwa? Jika “ya”, maka materi pembelajaran yang harus diberikan adalah “fakta”. Misalnya seorang guru bahasa Arab mengajarkan jenis-jenis pekerjaan, bercerita tentang hobi, bercerita pada saat di pasar (ta’bir) dan lain sebagainya. [23]
b.   Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan untuk menyatakan suatau definisi, menuliskan ciri khas sesuatu, atau mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai dengan suatu definisi? Jika jawabannya “ya”, materi yang harus diajarkan adalah “konsep”. Misalnya seorang guru mengajarkan definisi khabar muqaddam, menjelaskan ciri-ciri kalimat ism, menunjukkan beberapa kalimat, kemudian siswa diminta mengklasifikasikannya, dan lain-lain. [24]
c.    Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menjelaskan atau melakukan langkah-langkah atau prosedur secara urut, atau membuat sesuatu? Bila “ya”, maka materi yang harus diajarkan adalah “prosedur”. Misalnya seorang guru bahasa Arab menjelaskan bagaimana membuat ism nakirah dan ism ma’rifat, langkah-langkah menulis khat atau kaligrafi, membuat makalah atau karya ilmiah berbahasa Arab, dan lain sebagainya. [25]
d.   Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menentukan hubungan antara beberapa konsep atau menerapkan hubungan antara berbagai macam konsep? Jika “ya”, maka materi yang harus diajarkan termasuk kategori “prinsip”. Misalnya seorang guru menjelaskan hubungan antara mubtada’ dan khabar, menjelaskan kehidupan keluarga, perkenalan, dan lain sebagainya. [26]
e.    Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa memilih berbuat atau tidak berbuat berdasarkan pertimbangan baik buruk, suka tidak suka, indah tidak indah? Jika “ya”, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan berupa aspek afektif, sikap, atau nilai. Misalnya siswa diminta menyampaikan gagasan atau pendapat secara lisan sesuai konteks tentang ta’aruf, melakukan dialog dengan lancar sesuai konteks tentang ta’aruf, dan lain sebagainya. [27]
f.     Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa melakukan perbuatan secara fisik? Jika “ya”, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah aspek motorik. Misalnya bagaimana cara ta’aruf dengan sesama teman, cara menulis khat riq’ah, khat tsulisi, cara bermain peran (dialog), dan lain sebagainya
4)      Memilih sumber bahan ajar
Sumber bahan ajar yang dipilih didasarkan kepada jenis materi yang telah ditentukan. Berbagai sumber bahan ajar dapat digunakan untuk mendapatkan materi pembelajaran yang telah ditentukan melalui identifikasi sandar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai.

G.      Asas Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Arab
Pembuatan buku ajar bahasa Arab harus memperhatikan landasan atau asas-asas penyusunannya, hal ini penting dilakukan agar buku ajar yang dihasilkan dapat menjadi bahan rujukan yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa yang menggunakannya. Asas-asas yang harus diperhatikan dalam membuat buku ajar bahasa Arab sebagaimana disebutkan Al-Ghalli sebagai berikut[28]:
1.        Asas Sosial-Budaya (Al-Asâs al-Ijtimâ’i-Al-Tsaqâfî)
Ketika kita akan membicarakna aspek sosio-kultural sebagai salah satu asas penyusunan buku ajar bahasa Arab, maka poin-poin penting sebagai pokok bahasannya meliputi; pengertian kebudayaan secara umum dan kebudayaan Islam secara khusus, karakteristik kebudayaan, dan hubungan kebudayaan dengan pengembangan bahan ajar (bahasa Arab).[29]
Seorang yang mempelajari bahasa asing tertentu tidak akan dapat memahaminya dengan baik tanpa memahami kebudayaan masyarakatnya, bahasa Arab misalnya, seorang yang mempelajari bahasa Arab tanpa memahami sosio-kultural Arab, maka dia tidak dapat memahaminya dengan sempurna, karena itu, ada ungkapan bahwa “al-lughah wi’â al-tsaqâfah” Bahasa adalah bejana kebudayaan.
Untuk memahami mufrâdat dengan pemahaman yang baik dan cermat, tidak cukup dengan bantuan kamus saja, tetapi kebudayaan juga mempunyai peran yang cukup penting. Kosakata ‘Qomar al-din’ misalnya, jika dilihat di dalam kamus, maka terdiri dari dua kata yaitu ‘qomar’ (bulan) dan ‘al-din’ (agama) sehingga dapat diartikan ‘bulan agama’. Bahkan disebagian orang Indonesia ada juga yang diberi nama “Qomaruddin” dengan harapan kelak seseorang tersebut menjadi penerang bagi kehidupan beragama laksana bulan yang menerangi kegelapan malam. Namun arti yang sebenarnya dari “Qomar al-din” di Saudi Arabia adalah nama sebuah kue seperti dodol yang dijual bebas di supermarket. Lebih jauh bagaimana mungkin syi’ir Arab dapat dipahami dengan cermat dan mendalam, jika tidak dikaitkan dengan konteks sosio-kultural dimana syi’ir itu diciptakan dan seterusnya.[30]
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam mengembangkan bahan Ajar bahasa Arab perlu mempertimbangkan kebudayaan pemilik bahasa tersebut yakni bahasa Arab. Rusydi Ahmad Thu’aimah memberikan kesimpulan dari hasil penelitiannya di tigabelas negara Arab, bahwa dalam mengembangkan materi bahasa Arab bagi non Arab, paling tidak harus mengandung duapuluh pokok bahasan, yaitu[31]:
No
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
1
Identitas diri
البيانات الشخصية
2
Tempat tinggal
السكن
3
Pekerjaan
العمل
4
Waktu luang
وقت الفراغ
5
Travelling
السفر
6
Hubungan dengan sesama
العلاقات مع الآخرين
7
Peristiwa umum dan khusus
المناسبات العامة والخاصة
8
Kesehatan dan penyakit
الصحة والمرض
9
Pendidikan dan pengajaran
التربية والتعليم
10
Di pasar
في السوق
11
Di rumah makan
في المطعم
12
Pelayanan umum
الخدمات
13
Negara dan tempat-tempat
البلدان والأماكن
14
Bahasa asing
اللغة الأجنبية
15
Cuaca
الجو
16
Lambang peradaban
المعالم الحضارية
17
Perekonomian
الحياة الإقتصادية
18
Agama, dogma dan spiritual
الدين والقيم والروحية
19
Politik dan hubungan luar negeri
الإتجاهات السياسية والعلاقات الدولية
20
Hubungan waktu dan tempat
العلاقات الزمانية والمكانية

Selanjutnya Thu’aimah menyebutkan judul-judul yang berkaitan dengan budaya Arab dan Islam yang harus diperhatikan dalam membuat buku ajar bahasa Arab, ada 157 judul ia sebutkan. Dari judul-judul tersebut dapat diringkas menjadi delapan tema berikut ini:
No
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
1
Islam dan rukun-rukunya
مفهوم الإسلام وأركانه
2
Al-Qur’an
حول القرآن الكريم
3
Al-Sunnah
حول السنة النبوية
4
Sejarah Nabi saw
سيرة الرسول صلى الله عليه وسلم
5
Cerita para Nabi
قصص الأنبياء
6
Sumber-sumber ajaran Islam
مصادر التشريع الإسلامي
7
Hubungan antara bahasa Arab dengan agama islam
العلاقة بين اللغة العربية والإسلام
8
Hak suami dan istri dalam islam
حقوق الزوج والزوجة في الإسلام
Oleh karena itu, ketika mengembangkan buku ajar bahasa Arab, maka unsur sosial-budaya baik Arab dan Islam sudah harus terkandung di dalamnya, hal ini dapat dilakukan melalui teks bacaan. Jika membahas tentang ‘Makkah al-Mukarramah’ misalnya, maka di dalam teks tersebut dapat dibahas tentang tradisi masyarakatnya, kebudayaannya, agama dan kepercayaannya dan lain sebagainya.
2.        Asas Psikologis (al-Asâs al-Nafsî)
Siswa merupakan bagian yang penting dalam proses belajar-mengajar. Hal itu dikarenakan siswa adalah sasaran pencapaian tujuan pembelajaran, disamping merupakan subyek dan obyek belajar. Hampir semua para ahli pendidikan sepakat bahwa motivasi siswa merupakan faktor penting dalam keberhasilan proses belajar-mengajar, semakin tinggi motivasi mereka, maka semakin tinggi pula keberhasilannya. Sebaliknya semakin rendah motivasi siswa, maka semakin rendah pula tingkat keberhasilannya.[32]
Jika mengetahui dan memahami ciri khas psikologis siswa atau pembelajar dianggap sebagai salah satu pilar menyiapkan buku ajar atau memilih materinya, maka hal itu tidak memungkinkan untuk dibahas secara detail mengenai ciri khas setiap fasenya, karena hal itu telah dirinci dalam buku-buku psikologi. Akan tetapi yang menjadi perhatian kita di sini adalah mengetahui motivasi-motivasi yang mendorong siswa belajar bahasa Arab dan syarat-syarat psikologis yang perlu diperhatikan dalam merancang buku ajar bahasa Arab.[33]
a.      Motivasi Siswa Belajar Bahasa Arab
Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan.[34] Motivasi adalah perasaan yang terjadi di diri individu dan tidak dapat diindra secara langsung, akan tetapi dapat dikenali melalui perilaku yang tampak. Ada perbedaan motivasi siswa ketika mereka belajar bahasa Arab yaitu, Pertama, motivasi tertingginya adalah menguasai kemahiran berbahasa, agara dapat berkomunikasi dengan penutur aslinya (native speaker) dan mengetahui budaya mereka. Siswa seperti ini didorong oleh motivasi untuk memperkaya budayanya dengan budaya orang lain, dan biasa berpandangan luas, moderat, banyak mendalami dan belajar hal-hal baru dari budaya orang lain, karena itu perbedaan orientasi dan cara pandang tidak menghalanginya untuk berkomunikasi dengan penutur asli, bahkan ia dapat menghormati orang lain, jika tidak menerimanya.
Kedua, motivasi siswa yang didorong oleh kepentingan atau tujuan tertentu, seperti ingin menduduki jabatan tertentu, belajar dan bekerja di luar negeri, traveling dan lain-lain. Siswa seperti ini, motivasinya bersifat temporal dan terbatas, dalam arti dia akan merasa cukup jika tujuannya telah tercapai meski dengan penguasaan bahasa yang terbatas.[35]
Pada tahun 1979, Fathi Yunus melakukan sebuah penelitian mengenai tujuan-tujuan yang dapat mendorong dan memotivasi pembelajar untuk belajar bahasa Arab sebagai bahasa kedua yaitu sebagai berikut[36];
1)      Membaca Al-Qur’an dan Hadits;
2)      Membaca ilmu-ilmu keislaman (fikih, tafsir, sejarah, dll);
3)      Komparasi Islam dengan agama lain;
4)      Melancong ke negara-negara Arab;
5)      Bekerja di negara-negara Arab di berbagai bidang dan profesi;
6)      Mendirikan pabrik atau perusahaan di negara-negera Arab; dan
7)      Bekerja di kedutaan-kedutaan besar di negera Arab.
b.      Hal-hal Psikologis yang Perlu diperhatikan dalam pengembangan buku ajar bahasa Arab
Menurut an-Naqah ada beberapa syarat psikologis yang perlu diperhatikan dalam merancang buku ajar bahasa Arab, yaitu sebagai berikut[37]:
1)      Buku ajar hendaknya sesuai dengan kemampuan intelektual siswa;
2)      Memperhatikan perbedaan individual antar siswa;
3)      Mampu merangsang daya pikir siswa sehingga dapat membantu proses pembelajaran dan pemerolehan bahasa Arab;
4)      Materi buku ajar disesuaikan dengan tingkat persiapan dan kemampuan berbahasa Arab siswa;
5)      Memperhatikan tingkat usia siswa, setiap buku ajar bahasa Arab diperuntukkan bagi usia berapa, karena setiap usia tertentu memerlukan perlakuan yang berbeda;
6)      Materi buku ajar mampu memotivasi siswa untuk menggunakan bahasa Arab secara alami;
7)      Adanya integrasi (penyesuaian) antara buku siswa, buku pengangan guru dan lain-lain;
8)      Buku ajar bahasa Arab mampu menciptakan orientasi dan norma-norma yang diharapkan dimiliki siswa.
3.        Asas Kebahasaan dan Pendidikan (al-Asâs al-Lughawî wa al-Tarbawî)
Adapun yang dimaksud dengan asas kebahasaan dalam pengembangan  bahan ajar bahasa Arab adalah memperhatikan bahasa yang akan diajarkan kepada siswa meliputi unsur-unsur bahasa (al-Anâshir al-Lughawiyah) yakni aswât, mufradât dan tarâkib  dan keterampilan bahasa (al-Mahârah al-Lughawiyah) meliputi istimâ’, kalâm, qirâ’ah dan kitâbah. Sehingga materi yang disajikan sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.[38]
Sedangkan asas pendidikan adalah hal-hal yang terkait dengan teori pendidikan dalam pengembangan buku ajar, seperti materi dimulai dari yang mudah kepada yang komplek, dari yang konkret ke yang abstrak, dari detail ke suatu konsep, bergerak dari permulaan proses menuju kepada kesimpulan, dimulai dari bahan yang sudah diketahui dan secara berangsur-angsur bergerak kepada bahan yang baru dan seterusnya sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan dalam pengembangan bahan ajar.[39]
Asas-asas tersebut di atas penting untuk diperhatikan agar buku ajar bahasa Arab yang dikembangkan betul-betul telah memenuhi kriteria buku ajar yang baik yang ditandai dengan kesesuaian antara materi yang dikembangkan dengan kondisi siswa; sosio-kulturalnya, psikologisnya, kebahasaan dan pembelajarannya.

H.      Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam Pengembangan Buku Ajar Bahasa Arab
Seorang guru diharapkan dapat mengembangkan bahan ajar untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Tetapi sebelum melakukan pengembangan ada faktor-faktor yang perlu diperhatikan, agar buku ajar yang dihasilkan dapat memenuhi kriteria buku ajar yang baik. Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan buku ajar bahasa Arab.
1.        Isi buku ajar (al-Madmûn)
Isi buku ajar berhubungan dengan validitas atau kesahihan isi atau kebenaran isi berdasarkan sistem nilai yang dianut oleh suatu masyarakat atau bangsa. dengan validasi isi, maka isi bahan ajar bahasa arab yang dikembangkan seyogyanya berdasarkan konsep dan teori pembelajaran bahasa Arab, perkembangan mutakhir, dan hasil penelitian empiris yang dilakukan dalam bidang ilmu bahasa arab.
Adapun dalam keselarasan isi, isi bahan ajar bahasa Arab disesuaikan dengan system nilai dan falsafah hidup yang berlaku dalam Negara dan masyarakat dilingkungan tempat sekolah berada. Misalnya saja, untuk pembelajaran bahasa arab di Indonesia maka tema dan judul teks yang dijadikan bahan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat Indonesia.
2.        Ketepatan cakupan
Ketepatan cakupan berkaitan dengan isi bahan ajar dari sisi keluasan dan kedalaman isi materi, serta keutuhan konsep berdasarkan bidang ilmu bahasa Arab. Kedalaman dan keluasan isi bahan ajar sangat menentukan kadar bahan ajar yang akan dikembangkan bagi siswa sesuai dengan kemampuan dan tingkat pendidikan yang sedang ditempuh. Adapun acuan utama dalam penentuan kedalaman dan keluasan isi bahan ajar adalah kurikulum dan silabus.[40]
Sebagai contoh, jika siswa diharapkan mampu memahami teks yang didengar, maka bahan ajar yang tepat adalah berupa teks yang didengarkan baik dari kaset, CD atau dari guru sendiri yang membacakanya. Demikian seterusnya pada materi yang lain seperti qira’ah, kitabah, mufrodat  dan lain-lainya. Yang jelas bahwa materi harus tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran yang tercantum dalam kurikulum dan silabus.

3.        Ketercernaan materi
Kecermatan bahan ajar berkenaan dengan kemudahan bahan ajar tersebut dipahami dan dimengerti oleh siswa sebagai pengguna. Sedikitnya terdapat enam hal yang mendukung tingkat ketercernaan bahan ajar sebagaimana dikemukakan berikut ini:[41] (a)Pemaparan yang logis; (b) Penyajian materi yang runtut; (c) Ada contoh dan ilustrasi yang memudahkan pemahaman; (d) Alat bantu yang memudahkan; (e) Format yang tertib dan konsisten; dan (f) Penjelasan tentang relevansi dan manfaat bahan ajar.
4.        Penggunaan bahasa
Penggunaan bahasa dalam pengembangan bahan ajar berkaitan dengan pemilihan ragam bahasa, pemilihan kata, penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraph yang bermakna. Bahasa arab yang digunakan dalam bahan ajar adalah bahasa arab fushah atau bahasa komunikatif yang lugas dan luwes.
Sementara itu pemilihan kata dalam bahan ajar hendaknya jenis kata yang lugas dan singkat bukan kata atau istilah yang asing atau tidak banyak dikenal siswa. Adapun penggunaan kalimat efektif dalam bahan ajar menekankan penggunaan kalimat positif dan aktif dalam menyampaikan informasi dan sebaliknya menghindarkan penggunaan kalimat negatif dan pasif. Hal ini dikarenakan penggunaan kalimat positif dan aktif bisa memberikan dorongan dan motivasi kepada siswa untuk mempelajari bahan ajar tersebut dan mengerjakan tugas-tugas yang telah ditentukan.[42]
5.        Perwajahan atau pengemasan
Perwajahan dan pengemasan dalam bahan ajar berhubungan  dengan penataan letak informasi dalam satu halaman cetak dan pengemasan dalam paket bahan ajar multimedia.[43]
6.        Ilustrasi
Ilustrasi dimanfaatkan untuk membuat bahan ajar menarik, memotivasi, membantu retensi dan pemahaman siswa terhadap isi pesan. Dalam hal ini ilustrasi dapat dilakukan dengan menggunakan table, diagram, grafik, kartun, foto, gambar, sketsa, symbol, dan skema.

I.         Penutup
Pembelajaran bahasa Arab akan menjadi menarik dan menyenangkan apabila bahan ajar yang disajikan dapat menjawab kebutuhan belajar siswa dan sesuai dengan tingkat intelektual pembelajar bahasa Arab. Maka merangcang dan mengembangkan bahan ajar menjadi urgen untuk dilakukan  dalam upaya meningkatkan efektivitas belajar mengajar bahasa Arab.
Oleh sebab itu, pengembangan bahan ajar termasuk salah satunya yaitu penyusunan  buku ajar harus memperhatikan landasan atau asas-asas penyusunannya yang meliputi asas sosio-kultural, asas psikologi, asas kebahasaan dan pendidikan. Hal ini penting dilakukan agar buku ajar yang dihasilkan dapat menjadi bahan rujukan yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa yang menggunakannya.

Daftar Pustaka
Al-Ghalli, 1991. Usus al-‘Idâd al-Kutub al-Ta’lîmiyah li Ghair al-Nathiqîna bihâ. Riyadh: Dar al-I’tisham.
An-Naqah, Mahmud Kamil, Asas I’dâd Mawâd Ta’lîm al-Lughal al-‘Arabiyah wa Ta’lîfihâ, http://uqu.edu.sa/page/ar/148309. Diakses pada Mei 2014.
Ali Mudhofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Bahan Ajar Dalam Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011.
Hamid, Abdul., dkk.  2008. Pembelajaran Bahasa Arab; Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media. Malang; UIN Press.
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2013. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nur Sholeh dan Ulin Nuha, Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab, Yogyakarta: Diva Press, 2013.
Prastowo, Andi. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif: Menciptakan Metode Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan. Yoyakarta: Diva Press.
                                    . 2014. Pengembangan Bahan Ajar Tematik; Tinjauan Teoritis dan Praktik. Jakarta: Penerbit Kencana.
Tha’imah, Rusydi Ahmad, 1985. Dalîl fi I’dâd al-Mawâd al-Ta’lîmiyah li Barâmij Ta’lîm al-‘Arabiyah. Makkah al-Mukarramah: Dar al-Marîkh.
Tim Pustaka Yustia. 2007. Panduan Penyusunan KTSP Lengkap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) SD, SMP dan SMA. Jakarta:PT. Buku Kita.
Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Widodo, Chomsin S. dan Jasmadi. 2008. Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gramedia.
Yunus, Fathi., dkk.  1984. Ta’lîm al-Lughah al-‘Arabiyah. Cairo: Dar al-Nahdah.







*        Sample Materi Ajar Bahasa Arab untuk Kelas XI[44]

الدرس الأول : صوم رمضان


Text Box: Standar Kompetensi/Kompetensi Dasar
Menyimak, membaca, berbicara dan menulis tentang judul صوم رمضان dengan struktur kalimat fi’liyah maupun ismiyah yang meliputi ungkapan اضافة
 







المفردات والقراءة
1.    Menyebutkan arti mufradat baru tentang (صوم رمضان) dengan benar;
2.    Membaca teks qira’ah tentang (صوم رمضان) dengan mufradat baru dan struktur kalimat fi’liyah maupun ismiyah yang mengandung (اضافة), dengan makhraj serta intonasi yang benar;
3.    Menjodohkan ungkapan-ungkapan sesuai dengan kandungan qira’ah;
4.    Menggunakan mufradat baru dalam melengkapi kalimat sesuai dengan kandungan qira’ah;
5.    Memilih kalimat sesuai dengan gambar yang disediakan.

التركيب
1.    Membaca ungkapan (اضافة) dalam kalimat dengan harakat yang benar;
2.    Membedakan antara ungkapan (اضافة) dan ungkapan (نعت منعوت) dari segi lafadz dan makna;
3.    Mendaftar ungkapan (اضافة) dalam kalimat dan paragraf.

الحوار
1.    Bertanya-jawab tentang (صوم رمضان) sesuai dengan kandungan bahan qira’ah;
2.    Bertanya-jawab tentang (صوم رمضان) dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

الكتابة
1.    Menggabungkan dua kalimat dengan menggunakan ungkapan-ungkapan (اضافة);
2.    Menyusun ungkapan-ungkapan yang mengandung (اضافة) menjadi paragraf.

*    المفردات
اقرأ !
يتسحرون – يمسكون عن المفطرات
يفرح فرحتين – يفطر المسافر
الحامل والمرضع – الشر يضر
شفي المريض – يؤدون الفدية
يَتَسَحَّرُونْ َ– يُمْسِكُوْنَ عَنِ الْمُفْطِرَاتِ
يَفْرَحُ فَرْحَتَيْنِ – يُفْطِرُ الْمُسَافِرُ
اْلحَامِلُ وَالْمُرْضِعُ – الشَّرُّ يَضُرُّ
شُفِيَ الْمَرِيْضُ – يُؤَدُّوْنَ الْفِدْيَةَ


وجبة كاملة – الجوع والعطش
يتحمل المشقة – يحسنون إلى الفقراء
وَجْبَةٌ كَامِلَةٌ – الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ
يَتَحَمَّلُ الْمَشَقَّةَ – يُحْسِنُوْنَ إِلَى الْفُقرَاءِ


صام – يصوم صوما صياما – منع يمنع منعا
امسك – يسمك امساكا – افطر يفطر افطارا
صَامَ – يَصُوْمُ صَوْمًا صِيَاماً – مَنَعَ يَمْنَعُ مَنْعًا
اَمْسَكَ – يُمْسِكُ امْسَاكًا – اَفْطَرَ يُفْطِرُ افْطَارًا
*    القراءة
متى يبدأ صوم رمضان؟
   
يجب على المسلمين صوم رمضان. ويبدأ شهر رمضان بظهور الهلال بعد غروب آخر يوم من شعبان, فيتسحرون للصيام قبل الفجر ثم يصومون بعده.
ماهو الإمساك يوم رمضان؟
يمسك الصائمون كل يوم من الأكل والشرب وغيرهما من المفطرات, فإذا غربت الشمس أكلوا وشربوا, وهو يفرحون. قال رسول الله ص. م (للصائم فرحتان: فرحة عند الإفطار وفرحة عند لقاء ربه).
من يجوز له الإفطار يوم رمضان؟
والمريض والمسافر والحامل والمرضع والشيخ الكبير يفطرون إذا كان الصيام يضرهم. وإذا شفي المريض صام بعد رمضان أياما بعدد الأيام التى افطرهم من  رمضان. وكذلك المسافر إذا أقام, والحامل إذا ولدت, والمرضع إذا فطمت. أما الشيخ الكبير فيؤدي إلى الفقراء فدية عن كل يوم من الأيام التى يفطرها ولا يصوم بدلها. وكذلك المريض إذا لم يشف من مرضه.
ما الفدية ؟ والفدية وجبة كاملة من الطعام عن كل يوم يفطره المريض أو الشيخ الكبير.
 
الصوم يعود الصائمين الأخلاق العظيمة
الصائمون يصبرون على الجوع والعطش والمشقة
ويشعرون بقربهم من خالقهم, ويحسنون إلى الفقراء والمساكن
ويمنعون عن الشهوات ويتحملون المشقات بقوة نفوسهم.
وفي ليلة العيد يؤدون زكاة الفطر. هكذا فإن الصوم يعود
الصائمين الصبر والإحسان ويقربهم من خالقهم ومن اخوانهم الناس, ويعلم قوة النفوس والمنع عن الشهوات.
رمضان شهر عظيم
إن رمضان شهر عظيم, فيه تغفر الذنوب ويضاعف الثواب ويستجاب الدعاء. قال تعالى : (ياأيها الذين آمنو كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون) (البقرة: 183)


Text Box: التدريب على الفهم
 



أ – مزاوجة
-       
1.  ظهر هلال رمضان
2.  قبل الفجر
3.  في النهار
4.  غربت الشمس
5.  ليلة العيد
6.  شهر عظيم

 
يفطرون فيأكلون ويشربون
-        يؤدون زكاة الفطر
-        يستجاب الدعاء ويضاعف الثواب
-        الصيام يضرهم
-        يمسكون من المفطرات
-        يتسحرون للصيام
-        يبدأ شهر رمضان
ب – اختر كلمة مناسبة من الكلمات الآتية !
يفطر – يصبر – يؤدى – يشعر – يتحمل – يقرب
1.      الصائم . . . على الجوع والعطش.
2.      الصوم يعود الصائم أن . . . المشقات.
3.      الصوم . . . الصائم من الله ومن اخواته الناس.
4.      . . . المسافر والحامل والمريض إذا كان الصوم يضرهم.
5.      الشيخ الكبير . . . الفدية عن كل يوم يفطره.
 
ج – اختر جملة تناسب الصورة
1.      يبدأ شهر رمضان
2.      شفي المريض من مرضه
3.      لا يأكل الصائم ولا يشرب


Text Box: الإنشاء
 



أ – رتب العبارات الآتية لتكون فقرة كاملة ابتداء من الكلمة الملونة!
1.    من الأكل والشرب وغيرهما – فإذا غربت الشمس – للصائم فرحتان, فرحة عند الإفطار – يمسك الصائمون كل يوم – كما قال رسول الله ص.م – أكلوا واشربوا وفرحوا – وفرحة عند لقاء ربه.
2.    فيتحملون المشقات – يؤدون زكاة الفطر – والصائمون يشعرون بالجوع والعطش – ويحسنون إلى الفقراء والمساكين – وفي ليلة العيد.
3.    وكذلك المسافر إذا أقام – يفطر المريض والمسافر – صام بعد رمضان أياما – وإذا شفي المريض – بعد الأيام التى أفطرها من رمضان.



[1]Lihat Abdul Hamid., dkk,  Pembelajaran Bahasa Arab (Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan media), (Malang;UIN Press, 2008), hlm. 69
[2]Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), cet. 4, hlm. 171.
[3]Pannen dalam Abdul Hamid dkk., Pembelajaran Bahasa..., hlm. 71.
[4]Ibid.
[5]Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif: Menciptakan Metode Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan, (Jogjakarta: Diva Press, 2012), cet. IV, hlm. 16.
[6]Chomsin S. Widodo dan Jasmadi, Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gramedia, 2008), hlm. 40.
[7]Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), cet. 5, hlm. 173.
[8] Tim Pustaka Yustia,Panduan Penyusunan KTSP Lengkap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) SD, SMP dan SMA (Jakarta:PT. Buku Kita,2007), hlm.194.
[9] Abdul Hamid., dkk,  Pembelajaran Bahasa...,hlm. 70.
[10] Andi Prastowo, Panduan Kreatif ...., 24.
[11] Ibid.
[12] Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik; Tinjauan Teoritis dan Praktik, (Jakarta: Penerbit Kencana, 2014), hlm. 140-141.
[13]Abdul Hamid., dkk, Pembelajaran Bahasa..., hlm. 89.
[14]Ibid., hlm. 174.
[15]Ibid.
[16]Ibid.
[17]Ali Mudhofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Bahan Ajar Dalam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 130.
[18]Nur Sholeh dan Ulin Nuha, Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab, (Yogyakarta: Diva Press, 2013), cet. 1, hlm. 190.
[19] Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran...., hlm. 172.
[20] Ibid.
[21]Nur Sholeh dan Ulin Nuha, Pengembangan Kurikulum..., hlm. 186.
[22]Ali Mudhofir, Aplikasi Pengembangan...., hlm. 141.
[23]Nur Sholeh dan Ulin Nuha, Pengembangan Kurikulum..., hlm. 187.
[24]Ibid.
[25]Ibid., hlm. 188.
[26]Ibid.
[27]Ibid., hlm. 189.
[28]Al-Ghalli, Usus al-‘Idâd al-Kutub al-Ta’lîmiyah li Ghair al-Nathiqîna bihâ, (Riyadh: Dar al-I’tisham, 1991), hlm. 19.
[29]  Maka di sini, penulis tidak akan membahas tentang pengertian dan karakteristik kebudayaan baik secara umum maupun secara khusus tentang kebudayaan Islam, tetapi hanya akan menjelaskan apa hubungannya antara kebudayaan dengan pengembangan bahan ajar bahasa Arab.
[30] Abdul Hamid., dkk,  Pembelajaran Bahasa...,hlm. 97.
[31] Rusydi Ahmad Tha’imah, Dalîl fi I’dâd al-Mawâd al-Ta’lîmiyah li Barâmij Ta’lîm al-‘Arabiyah, (Makkah al-Mukarramah: Dar al-Marîkh, 1985), hlm. 214.
[32]  Abdul Hamid., dkk,  Pembelajaran Bahasa...,hlm. 100.
[33]   Al-Ghalli, Usus al-I’dâd..., hlm. 9.
[34] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2004), hlm. 220.
[35] Menurut pandangan penulis, bahwa jenis motivasi yang pertama akan mendorong dan menuntun pelakunya untuk terus belajar dan perhatian terhadap bahasa asing yang dipelajarinya, berusaha meluangkan waktunya untuk terus berimprovisasi dalam belajar bahasa keduanya. Sementara jenis kedua mendorong pelakunya untuk belajar bahasa keduanya hanya sekedarnya saja. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa adanya motivasi dalam diri siswa (intrinsik) dalam belajar bahasa Arab sebagai bahasa asing merupakan hal yang urgen. Karena dapat membantu dan mendorongnya untuk tekun dan sabar. Semakin kuat dan tinggi motivasi pada diri siswa/pembelajar, maka akan semakin bermanfaat dan efektif sebuah proses belajar-mengajar.
[36] Fathi Yunus., dkk,  Ta’lîm al-Lughah al-‘Arabiyah, (Cairo: Dar al-Nahdah, 1984), hlm. 182.
[37] Mahmud Kamil an-Naqah, Asas I’dâd Mawâd Ta’lîm al-Lughal al-‘Arabiyah wa Ta’lîfihâ, http://uqu.edu.sa/page/ar/148309. Diakses pada Mei 2014.
[38] Abdul Hamid., dkk,  Pembelajaran Bahasa...,hlm. 101.
[39] Ibid.
[40] Ibid., hlm. 103
[41] Ibid., hlm. 104.
[42] Ibid., hlm. 107.
[43] Ibid., hlm. 108.
[44] Materi ajar bahasa Arab ini diadaptasikan dari buku Pelajaran Bahasa Arab; Madrasaha Aliyah XI karya D. Hidayat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

الكتابة: مفهومها وخصائصها ونشأتها وأنواعها

LINGUSTIK MODERN: Perkembangan, Aliran, Tokoh, dan Karakteristiknya